Tuesday, July 7, 2020

TEKS CERITA (NOVEL) SEJARAH INDONESIA

Pengertian Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah adalah teks yang menjelaskan dan menceritakan tentang fakta dan kejadian masa lalu yang menjadi latar belakang terjadinya sesuatu yang mempunyai nilai sejarah.

Sumber: www.google.com//novelsejarah


Ciri – Ciri Teks Sejarah

Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh teks sejarah, diantaranya:

  1. Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau urutan kejadian.

  2. Bentuk teks cerita ulang (recount)
  3. Struktur teksnya: orientasi, urutan peristiwa, reorientasi.
  4. Sering menggunakan konjungsi temporal.
  5. Isi berupa fakta.
  6. Dapat bersifat naratif dan deskriptif
  7. Disajikan dengan daya khayal pengetahuan yang luas dari pengarang

 

Perbedaan Novel Sejarah dengan Teks Sejarah

Novel Sejarah

Teks Sejarah

Menggambarkan sesuatu yang tidak pernah terjadi.

Menunjuk kepada hal-hal yang pernah ada atau benar-benar terjadi.

Novelis bebas untuk menciptakan karya dengan imajinasinya.

Sejarawan terikat pada keharusan, yaitu bagaimana sesuatu sebenarnya terjadi di masa lampau, tidak ditambah dan direka.

Faktor  perekayasaan pengaranglah yang mewujudkan cerita sebagai suatu kebulatan atau koherensi,  dan sekali-kali ada relevansinya dengan situasi sejarah.

 

Sejarawan perlu menunjukkan bahwa yang ada sekarang dan di sini dapat dilacak eksistensinya di masa lampau, sebagai bukti dari apa yang direkonstruksi mengenai kejadian di masa lalu.

 

Pengarang novel tidak terikat  pada fakta sejarah, dapat berupa fiksi tanpa bukti, berkas, atau saksi.

 

Sejarawan sangat terikat pada fakta mengenai apa, siapa, kapan, dan di mana.

 

Struktur Teks Cerita (Novel) Sejarah

Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)

            Disajikan dengan mengenalkan tokoh, menata adegan, hubungan antartokoh, setting  waktu dan tempat.

Pengungkapan peristiwa

             Disajikan dengan menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran bagi para tokoh.

Menuju konflik (rising action)

                        Ditandai dengan terjadinya peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran. 

Puncak konflik (turning point, komplikasi)

            Puncak konflik atau klimaks dari cerita, yaitu bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan.

Penyelesaian (evaluasi, resolusi)

            Kondisi akhir dari nasib akhir yang dialami tokoh utama.

Koda

            Penutup yang berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita.


 Ciri Kebahasaan Novel Sejarah

Beberapa ciri kebahasaan novel sejarah adalah sebagai berikut :

 1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau

 ·        Contoh: Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas asrama telah menyelesaikan tugasnya.

 2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal), seperti: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.

·        Contoh: Setelah juara gulat itu pergi, Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-tenang masuk ke Kadipaten.

 3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (kata kerja material).

·         Contoh:

a. Di depan Ratu Biksuni Gayatri yang berdiri, Sri Gitarja duduk bersimpuh.

b. Ketika para Ibu Ratu menangis yang menulari siapa pun untuk menangis, Dyah Wiyat sama sekali tidak menitikkan air mata.

 

4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Misalnya, mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, menggungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.

·         Contoh:
            a. Menurut Sang patih, Galeng telah periksa seluruh kamar Syahbandar dan ia telah melihat banyak botol dan benda-benda yang ia tak tahu nama dan gunanya.

b. Riung Samudera menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua penjelasan kendit Galih tentang masalah itu.

 

5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental). Misalnya, merasakan, mengingikan, mengharapkan, mendambakan, menganggap. 

·         Contoh:

a. Gajah Mada sependapat dengan Jalan pikiran Senopati Gajah Enggon.

b. Melihat itu, tak seorang pun yang menolak karena semua berpikir Patih Gajah Mada memang mampu dan layak berada di tempat 

 

6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda ("...") dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.

·         Contoh:

“Mana surat itu?”

“Ampun, Gusti Adipati, Patik takut maka Patik bakar.” 

 7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana

·         Contoh :

Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan Patih Gajah Mada, sang pemilik wajah yang amat beku itu.

8. Menggunakan Pronomina (kata ganti) yaitu kata yang dipakai untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.

9. Menggunakan Frasa Adverbial yaitu kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat.


Nilai – Nilai dalam Teks Cerita (Novel) Sejarah

 

1.       Nilai Budaya

                yaitu nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, dan kebudayaan.

Contoh :

Dan bila orang mendarat dari pelayaran entah jauh entahlah dekat. Ia akan berhenti di suatu tempat berapa puluh langlah dai dermaga. Ia akan mengangkat sembah di hadapannya berdiri Sela Baginda, sebuah batu berpahat dengan peninggalan Sri Airlangga. Bila ia meneruskan langkah semua jalanan besar yang dilaluinya, jalanan ekonomi sekaligus militer. Ia akan berpapasan dengan pribumi yang berjalan tegas, gegas, sekalipun di bawah terik matahari. (Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG, 2000)

Nilai budaya yang terkandung : Nilai budaya Timur, yang mengajarkan hidup tenang, tidak terburu-buru, segala sesuatunya harus dihubungkan dengan alam.

 

2. Nilai Moral

                yaitu nilai yang memberikan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika dan moral.

Contoh:

                Ketakutan selalu menjadi bagian mereka yang tidak berani mendirikan keadilan. Kejahatan selalu menjadi bagian dari mereka yang mengingkari kebenaran. Dua-duanya busuk. Dua –duanya menjadi sumber keonaran di atas bumi. (Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG,2000)

Nilai moral yang ditanamkan : ketakutan membela keadilan sama buruknya dengan melakukan kejahatan.

3. Nilai Agama

                yaitu nilai yang berhubungan dengan ajaran-ajaran agama atau                 bersumber pada agama.

Contoh:

Semua berdoa apapun warna agamanya apakah Syiwa, Buddha, maupun Hindu.

Semua arah perhatian ditujukan pada satu pandang yaitu Purawaktra yang tidak dijaga terlampau ketat. Semua prajurit bersikap ramah kepada siapa pun demikian seperti sikap keseharian mereka. Lebih dari itu, setiap prajurit merasakan gejolak yang sama oleh duka mendalam atas gering yang diderita oleh Kertarajasa Jayawardhana. (Gajah Mada: Bergelut Dengan Tahta Angkara, Langit Kresna Hariadi)

Nilai agama  terkandung  pada aktivitas rakyat dari berbagai agama mendoakan  Kertarajasa Jayawardhana yang sedang  sakit.

 

4. Nilai Sosial

                yaitu nilai yang berhubungan dengan tata pergaulan individu          dengan masyarakat.

Contoh :

Mereka bermaksud menyumbangkan tenaga juga. Maka jadilah dapur raksasa malam itu juga. Menyusul kemudian bondongan gerobak mengantarkan kayu bakar dan minyak-minyakan. Dan api pun menyala berpuluh-puluh tungku. (Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG,2000)

Nilai sosial yang terkandung : Kesediaan untuk membantu pesta pernikahan.

 

5. Nilai Estetis

                yaitu nilai yang berkaitan dengan keindahan, baik keindahan struktur pembangun cerita, fakta cerita, maupun keindahan proses penceritaan.

Contoh :

Betapa megah dan indah bangunan itu karena terbuat dari bahan-bahan pilihan. Pilar-pilar kayunya atau semua bagian dari tiang saka, belandar bahkan dari kayu usuk diraut dari kayu jati pilihan dengan perhitungan bangunan itu, sanggup melewati waktu puluhan tahun bahkan tembus sampai ratusan tahun. (Gajahmada : Bergelut dengan Tahta Angkara, Langit Kresna Hariadi)

Nilai estetis yang terkandung : terletak pada penggambaran pengarang sehingga membuat pembaca seolah-olah merasakan hal yang terjadi.


 Contoh Sinopsis Novel Sejarah Indonesia


Bumi Manusia merupakan novel karya Pramodya Ananta Toer. Novel Bumi Manusia merupakan bagian pertama dari tetralogi Buru, tiga buku lainnya yaitu Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Secara garis besar, cerita berkisah tentang percintaan antara Minke  dan Annalies Mellema  yang juga menjadi pengikat cerita. Dalam perjalanannya, penonton akan melihat Minke, seorang Jawa totok yang dekat dengan kehidupan bangsa kolonial, dalam hal ini keluarga Annalies, yang merupakan blasteran Indonesia-Belanda. Mellema, ayah Annalies dari Belanda, sementara Nyai Ontosoroh , ibunya yang seorang gundik asli Jawa. Minke bukanlah nama aslinya. Itu sebuah hinaan yang diucapkan bangsa kolonial. Ada yang beranggapan Minke merupakan plesetan dari kata monkey atau monyet. Nama ama asli Minke adalah Tirto Adhi Soerjo. Sebenarnya ayah Minke cukup terpandang. Dia baru saja menjadi bupati. Namun tetap saja, ayah Minke tidak suka kedekatannya dengan Ontosoroh. Kala itu, derajat gundik sama dengan hewan peliharaan. Namun Minke berpandangan lain. Kedekatannya dengan Nyai Ontosoroh membuka pandangannya tentang dunia Eropa. Nyai Ontosoroh juga cerminan budaya Eropa yang sedang marak saat itu. Berbeda dengan pemikiran Eropa, Nyai Ontosoroh memercikkan api perlawanan terhadap penindasan. Tidak peduli walaupun mereka merupakan Jawa tulen. Perjuangan yang dimulai saat pengadilan akan menggugat status Annalies dari pengasuhan Nyai Ontosoroh.

Sumber : 
1. Buku Solatif (Solusi Siswa Aktif) Bahasa Indonesia untuk kelas XII SMA oleh Selvia Putri Kumalasari, Tahun terbit : 2018.

No comments:

Post a Comment

STRUKTUR DAN ANALISIS CERPEN

STRUKTUR CERPEN Struktur cerita pendek secara umum dibentuk oleh (1) bagian pengenalan cerita, (2) penanjakan menuju konflik, (3) puncak ko...