Langkah
Menulis Teks Ceramah
Langkah-langkah penyusunan teks ceramah adalah sebagai
berikut ini.
1. Menentukan
Topik
Menentukan
topik tentunya menjadi hal pertama yang harus ditentukan. Tentunya, terkadang
topik ceramah juga dapat didapatkan dengan tidak sengaja misalnya saat kita
membaca teks berita dan mendapatkan kabar yang sedang hangat
dibicarakan. Namun, topik tersebut harus tetap ditentukan dan diolah melalui
langkah selanjutnya, tidak hanya asal mengambil tren terbaru saja.Topik yang
diambil dapat meliputi: keterampilan, keahlian, pengalaman pribadi, hobi,
pelajaran, pendapat pribadi, minat khalayak, biografi tokoh terkenal, dsb.
2. Merumuskan
Tujuan Ceramah
Selanjutnya,
tujuan adalah hal yang harus diperhatikan ketika sudah menemukan topik yang
akan dibawakan. Untuk apa kita memberikan ceramah? Apakah untuk berbagi ilmu?
Mengajak pendengar untuk melakukan sesuatu? Dsb. Namun, dalam gambaran luasnya,
tujuan ceramah meliputi:
A. Tujuan umum,
yang meliputi: ceramah informatif, ceramah persuasif, ceramah rekreatif
(hiburan)
B. Tujuan khusus,
yang merupakan rincian dari tujuan umum, tujuan ini meliputi: kebahasaan
Indonesia untuk tujuan umum pelajaran, cara melukis untuk tujuan umum keahlian atau
hobi, biografi Soekarno untuk tujuan umum biografi tokoh.
Menyusun
Kerangka Ceramah
Kerangka teks ceramah adalah rencana yang memuat
pokok-pokok bahasan struktur teks ceramah. Setiap bagian struktur yaitu:
pembuka, isi, dan penutup dibuat kalimat pokok atau ide pokoknya terlebih
dahulu tanpa penjelasan detail.
Pembuatan kerangka teks ceramah yang baik harus
memperhatikan:
1. Ketiga
struktur harus dibuat: pembuka, isi, dan penutup
2. Maksud
ceramah harus diungkapkan dengan jelas
3. Pastikan
setiap bagian kerangka hanya memiliki satu gagasan pokok
4. Bagian
setiap kerangka harus tersusun secara logis
5. Menyusun
Ceramah berdasarkan Kerangka
Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka
Setelah kerangka telah selesai dibuat, maka kembangkan
setiap kalimat pokok menjadi paragraf-paragraf yang diberi kalimat penjelas,
baik secara deduktif (kalimat pokok di awal paragraf) maupun induktif (kalimat
pokok di akhir paragraf).
Bersamaan dengan itu, penulisan teks ceramah juga harus
dibarengi dengan penghayatan terhadap bahan-bahan yang akan disampaikan.
Caranya adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji
bahan secara kritis
2. Meninjau
kelayakan materi terhadap khalayak ramai atau pendengar ceramah
3. Meninjau
kembali berbagai bahan yang kemungkinan mendapatkan pro kontra
4. Menyusun
sistematika bahan teks ceramah
5. Menguasai
materi ceramah berdasarkan jalan pikiran yang logis
Menyunting Teks Ceramah
Setelah menyelesaikan ceramah, tahap selanjutnya adalah
untuk menyunting teks tersebut. Penyuntingan bertujuan untuk menyempurnakan
atau untuk mengurangi kekeliruan-kekeliruan yang mungkin terjadi dalam suatu
teks. Oleh karena itu, seorang penyunting setidaknya harus:
1. Mengetahui
bagaimana cara penulisan teks yang baik,
2. Benar-benar
memahami topik yang akan dibahas dalam teks tersebut, serta memahami
aturan-aturan kebahasaan, seperti masalah ejaan dan tanda baca.
Kegiatan penyuntingan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut.
1. Mengonstruksi,
menyusun, atau menulis teks ceramah yang akan disunting.
2. Penyediaan
bahan-bahan pemandu penyuntingan, seperti pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dan kamus. Keduanya dapat ditemukan secara daring. Selain itu,
bahan-bahan tersebut harus disesuaikan dengan teks yang akan disunting (dalam
kesempatan ini: teks ceramah).
3. Memperhatikan
bahan suntingan secara cermat, baik itu berkenaan dengan cara penyajian isi
maupun kaidah
4. Memperbaiki
kesalahan yang terdapat dalam bahan suntingan secara benar dengan berpedoman
pada sumber-sumber yang dapat dipercaya (PUEBI dan KBBI)
Contoh Teks Ceramah Singkat
Pentingnya
Berbahasa Santun
Pembuka (pendahuluan)
Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini
cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu
ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapan-ungkapan banyak kalangan
dalam menyatakan pendapat dan perasaan-perasaannya, seperti ketika
berdemonstrasi ataupun rapatrapat umum. Kata-kata mereka kasar (sarkastis),
menyerang, dan tentu saja hal itu sangat menggores hati yang menerimanya.
Isi (rangkaian argumen)
Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar
moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan
berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab
kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan
kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang
berlaku dalam masyarakat itu.
Penutup (Penegasan Ulang)
Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi
yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik
berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan
hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering
dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh
orangtua dan masyarakat manapun.