Saturday, November 21, 2020

STRUKTUR DAN ANALISIS CERPEN

STRUKTUR CERPEN

Struktur cerita pendek secara umum dibentuk oleh (1) bagian pengenalan cerita, (2) penanjakan menuju konflik, (3) puncak konflik, (4) penurunan, dan (5) penyelesaian. Bagianbagian itu ada yang menyebutnya dengan istilah abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda.

a. Abstrak (sinopsis) merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan isi cerita.

b. Orientasi atau pengenalan cerita, baik itu berkenaan dengan penokohan ataupun bibit-bibit masalah yang dialaminya.

c. Komplikasi atau puncak konflik, yakni bagian cerpen yang menceritakan puncak masalah yang dialami tokoh utama. Masalah itu tentu saja tidak dikehendaki oleh sang tokoh. Bagian ini pula yang paling menegangkan dan rasa penasaran pembaca tentang cara sang tokoh di dalam menyelesaikan masalahnya bisa terjawab. Dalam bagian ini, sang tokoh menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yang kemudian timbul konsekuensi atau akibat-akibat tertentu yang meredakan masalah sebelumnya.

d. Evaluasi, yakni bagian yang menyatakan komentar pengarang atas peristiwa puncak yang telah diceritakannya. Komentar yang dimaksud dapat dinyatakan langsung oleh pengarang atau diwakili oleh tokoh tertentu. Pada bagian ini alur ataupun konflik cerita agak mengendur, tetapi pembaca tetap menunggu implikasi ataupun konflik selanjutnya, sebagai akhir dari ceritanya.

e. Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian cerita. Bedanya, dengan komplikasi, pada bagian ini ketegangan sudah lebih mereda. Dapat dikatakan pada bagian ini hanya terdapat masalah-masalah kecil yang tersisa yang perlu mendapat penyelesaian, sebagai langkah “beres-beres”.

f. Koda merupakan komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita, mungkin juga diisi dengan kesimpulan tentang hal-hal yang dialami tokoh utama kemudian.

CONTOH ANALISIS STRUKTUR CERPEN

Tikus dan Manusia

oleh Jakob Sumardjo

Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri. Tikus berpikir secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang mampu membongkar misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat (sepanjang yang kami temukan), namun tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami menduga tikus itu adalah tikus kebun.Tubuhnya cukup besar dan bulunya hitam legam.

Pertama kali kami menyadari kehadiran penghuni rumah yang tak diundang, dan tak kami ingini itu, ketika saya tengah menonton flm-video The End of the Affair yang dibintangi Ralph Fiennes dan Julianne Moore, seorang diri, sementara istri telah mendengkur kecapaian di kamar. Waktu tiba pada adegan panas pasangan selingkuh Fiennes dan Julianne, tengah bugil di ranjang, yang membuat saya menahan napas dan pupil mata melebar, tiba-tiba kaki saya diterjang benda dingin yang meluncur ke arah televisi, dan saya lihat tikus hitam besar itu berlari kencang bersembunyi di balik rak buku. Jantung saya nyaris copot, darah naik ke kepala akibat terkejut, dan otomatis kedua kaki saya angkat ke atas.

Baru kemudian muncul kemarahan dan dendam saya. Saya mencari semacam tongkat di dapur, dan hanya saya temukan sapu ijuk. Sapu itu saya balik memegangnya dan menuju ke arah balik rak buku.Tangan saya amat kebelet memukul habis itu tikus. Namun, tak saya lihat wujud benda apa pun di sana. Mungkin begejil item telah masuk rak bagian bawah di mana terdapat lubang untuk memasukkan kabel-kabel pada televisi. Untuk memeriksanya, saya harus mematikan televisi dulu yang ternyata masih menayangkan adegan panas pasangan intelektual Inggris itu. Saya takut kalau tikus keparat itu menyerang saya tiba-tiba. Imigran gelap rumah itu saya biarkan selamat dahulu.

Saya tidak pernah menceritakan keberadaan tikus itu kepada istri saya yang pembenci tikus, sampai pada suatu hari istri saya yang justru memberitahukan kepada saya adanya tikus tersebut. Berita itu begitu pentingnya melebihi kegawatan masuknya teroris di kampung kami.

“Pak, rumah kita kemasukan tikus lagi! Besar sekali! Item!”

“Di mana Mamah lihat?”

 “Di dapur, lari dari rak piring menuju belakang kulkas!” Istri saya cemas luar biasa, menahan napas, sambil mengacung-acungkan pisau dapur ke arah kulkas di dapur.

“Sudah satu tahun enggak ada tikus. Rumah sudah bersih. Mengapa tikus masuk rumah kita? Tetangga jauh. Dari mana tikus itu?”

“Itu tikus kebun, Mah,” jawab saya santai sambil mengembalikan buku Nietsche ke rak buku.

“Jangan santai-santai saja Pah, cepat lihat kolong kulkas!”

Wah, situasi semakin gawat. Saya memenuhi perintah istri saya dengan menyalakan senter ke bagian kolong kulkas. Tidak ada apa pun. Tikus keparat! Ke mana dia menghilang?

Sejak itu istri saya amat ketat menjaga kebersihan. Semua piring di rak dibungkus kain, juga tempat sendok. Tudung saji diberati dengan ulekan agar tikus tidak bisa menerobos masuk untuk menggasak makanan sisa. Gelas bekas saya minum nescafe‑cream malam hari harus ditutup rapat. Tempat sampah ditutupi pengki penadah sampah sambil diberati batu. Strategi kami adalah semua tempat makanan ditutup rapat-rapat sehingga tikus tak akan bisa menerobos.

Istri saya memesan dibelikan lem tikus paling andal, yakni merek Fox. Selembar kertas minyak tebal dilumuri lem tikus oleh istri saya dan di tengah-tengah lumuran lem itu ditaruh ampela ayam bagian makan malam saya. Jebakan lem tikus ditaruh di kaki kulkas. Pada malam itu, ketika istri saya tengah asyik menonton sinetron “Cinta Kamila”, yang setiap malam setengah sembilan selalu menangis itu, istri saya tiba-tiba berteriak memanggil saya yang sedang mengulangi membaca Filsafat Nietsche di kamar kerja, bahwa si tikus terperangkap.

Saya segera menutup buku dan lari ke dapur menyusul istri. Benar, seekor tikus hitam sedang meronta-ronta melepaskan diri dari kertas yang berlem itu.

“Mana pukul besi?!” saya panik mencari pukul besi yang entah disimpan di mana di dapur itu.

“Jangan dipukul Pah!”

“Lalu bagaimana?” Saya menjawab mendongkol.

“Selimuti dengan kertas koran. Bungkus rapat-rapat. Digulung supaya seluruh lem lengket ke badannya.”

“Lalu diapakan?” Saya semakin dongkol

“Buang di tempat sampah!”

“Aah, mana pukul besi?”Kedongkolan memuncak.

“Nanti darahnya ke mana-mana! Bungkus saja rapat-rapat!”

Saya mengalah. Ketika tikus itu akan saya tutupi kertas koran, matanya kuyu penuh ketakutan memandang saya. Ah, persetan! Saya menekan rasa belas kasihan saya. Tikus saya bungkus rapat-rapat, lalu saya buang di tong sampah di depan rumah, sambil tak lupa memenuhi perintah istri saya agar penutupnya diberati batu.

Siang harinya sepulang dari mengajar, istri saya terbata-bata memberi tahu saya bahwa tikus itu lepas ketika Mang Maman tukang sampah mau menuangkan sampah ke gerobaknya. Cerita Mang Maman, ada tikus meloncat dari gerobak sampahnya dan lari ke kebun sebelah dengan terbungkus kertas coklat. Cerita lepasnya tikus ini beberapa hari kemudian diperkuat oleh Bi Nyai, pembantu kami, bahwa dia melihat tikus hitam yang belang-belang kulitnya. Geram juga saya, dan diam-diam saya membeli dua jebakan tikus. Ketika mau saya pasang malam harinya, istri saya keberatan.

“Darahnya ke mana-mana,” katanya.

“Ah, gampang, urusan saya. Kalau kena lantai, saya akan pel pakai karbol,” jawabku.

Istri saya mengalah, dan rupanya merasa punya andil bersalah juga. Coba kalau tikus itu dulu kupukul kepalanya, tentu beres.

Pada waktu subuh istri membangunkan saya.

“Tikusnya kena, Pah!”

Memang benar, seekor tikus hitam terjepit jebakan persis pada lehernya. Darah tak banyak keluar. Ketika saya amati dari dekat, ternyata bukan tikus yang kulitnya sudah belang-gundul.

“Ini bukan tikus yang lepas itu, Mah!”

“Masa?”Ia mendekat mengamati.

“Kalau begitu ada tikus lain.”

“Mungkin ini istrinya,” celetekku.

Ketika mau saya lepas dari jebakan, istri saya melarangnya.

“Buang saja ke tempat sampah dengan jebakannya.”

Rasa tidak aman masih menggantung di rumah kami.Tikus belang itu masih hidup. Dendam kami belum terbalas. Berhari-hari kemudian kami memasang lagi lem tikus dengan bergantiganti umpan, seperti sate ayam, sate kambing, ikan jambal kegemaran saya, sosis, namun tak pernah berhasil menangkap si belang.

Bibi mengusulkan agar dikasih umpan ayam bakar. Saya membeli sepotong ayam bakar di restoran padang yang paling ramai dikunjungi orang. Sepotong kecil paha ayam itu dipasang istri saya di tengah lumuran lem Fox, sisanya saya pakai lauk makan malam.

Gagasan Bi Nyai ternyata ampuh. Seekor tikus menggeliat-geliat melepaskan diri dari karton tebal yang dilumuri lem.Tikus itu benar-benar musuh istri saya, di beberapa bagian badannya sudah tidak berbulu. Kasihan juga melihat sorot matanya yang memelas seolah minta ampun.

“Mah, cepat ambil pukul besinya.”

Istri saya mengambil pukul besi di dapur dan diberikan kepada saya. Ketika mau saya hantam kepalanya, istri saya melarang sambil berteriak.

“Tunggu dulu! Pukul besinya dibungkus koran dulu. Kepala tikus juga dibungkus koran. Darahnya bisa enggak ke mana-mana!”

Begitu jengkelnya saya kepada istri yang tidak pernah belajar bahwa tikus yang merontaronta itu bisa lepas lagi.

“Cepat sana. Cari koran!” bentakku jengkel.

 “Kenapa sih marah-marah saja?” sahut istri saya dongkol juga. Saya diam saja, tetapi cukup tegang mengawasi tikus yang meronta-ronta semakin hebat itu. Kalau dulu berpengalaman lepas, tentu dia bisa lepas juga sekarang.

Akhirnya tikus hitam itu saya hantam tiga kali pada kepalanya. Bangkainya dibuang bibi di tempat sampah.

Beberapa hari setelah itu istri saya mulai kendur ketegangannya. Kalau saya lupa menutup kopi nescafe, biasanya dia marah-marah kalau bekas kopi susu itu dijilati tikus, tetapi sekarang tidak mendengar lagi sewotnya. Begitulah kedamaian rumah kami mulai nampak, sampai pada suatu pagi istri saya mendengar sayup-sayup cicit-cicit bunyi bayi tikus! Inilah gejala perang baratayuda akan dimulai lagi di rumah kami.

“Harus kita temukan sarangnya! Bayi-bayi tikus itu kelaparan ditinggal kedua orangtuanya. Kalau mati bagaimana? Kalau mereka hidup, rumah kita menjadi rumah tikus!” kata istri.

Lalu kami melakukan pencarian besar-besaran. Bagian-bagian tersembunyi di rumah kami obrak-abrik, namun bayi-bayi tikus tidak ketemu. Bayi-bayi itu juga tidak kedengaran tangisnya lagi. “Mungkin ada di para-para. Tapi bagaimana naiknya?” kata saya.

“Nunggu Mang Maman kalau ambil sampah siang,” kata istri. Ketika Mang Maman mau mengambil sampah di depan rumah, bibi minta kepadanya untuk naik ke para-para mencari bayi-bayi tikus.

“Di sebelah mana, Bu?” tanya Mang Maman.

“Tadi hanya terdengar di dapur saja. Mungkin di atas dapur ini atau dekat-dekat sekitar situ,” sahut istri saya.

Sekitar setengah jam kemudian Mang Mamang berteriak dari para-para bahwa bayi-bayi tikus itu ditemukan. Mang Maman membawa bayi-bayi itu di kedua genggaman tangannya sambil menuruni tangga.

“Ini Bu ada lima. Satu bayi telah mati, yang lain sudah lemas. Lihat, napas mereka sudah tersengal-sengal.”

Istri saya bergidik menyaksikan bayi-bayi tikus merah itu.

“Bunuh dan buang ke tempat sampah, Mang” kata istri saya.

“Ah, jangan Bu, mau saya bawa pulang.”

“Mau memelihara tikus?” tanya istri saya heran.

“Ah ya tidak Bu. Bayi-bayi tikus ini dapat dijadikan obat kuat,” jawab Mang Maman sambil meringis.

“Obat kuat? Bagaimana memakannya?”

“Ya ditelan begitu saja. Bisa juga dicelupkan ke kecap lebih dulu.”

Setelah memberi upah sepuluh ribu rupiah, istri saya masih terbengong-bengong menyaksikan Mang Maman memasukkan keempat bayi tikus itu ke kedua kantong celananya, sedangkan yang seekor dijinjing dengan jari dan dilemparkan ke gerobak sampahnya.

Tikus-tikus tak terpisahkan dari hidup manusia. Tikus selalu mengikuti manusia dan memakan makanan manusia juga. Meskipun bagi sementara orang, terutama perempuan, tikus-tikus amat menjijikkan, mereka sulit dimusnahkan. Perang melawan tikus ini tidak akan pernah berakhir.

Saya masih menunggu, pada suatu hari istri saya akan terdengar teriakannya lagi oleh penampakan tikus-tikus yang baru. 

ANALISIS STRUKTUR CERPEN

a. Abstrak (sinopsis) merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan isi cerita.

CONTOH:

Cerita ini mengisahkan seorang petani yang disibukkan oleh permusuhannya dengan tikus-tikus. Energi dan otaknya dihabiskan untuk menghabisi binatang menjijikkan itu hingga pada suatu hari ia harus dihadapkan pada apa yang disebutnya sebagai perang Bratayuda

Keberadaan abstrak seperti itu dalam cerpen bersifat opsional, mungkin ada dan mungkin bisa tidak muncul. Lebih-lebih kisah dalam cerpen cenderung langsung pada peristiwa-peristiwa penting, tidak bertele-tele, langsung terpusat pada konflik utamanya.

b. Orientasi atau pengenalan cerita, baik itu berkenaan dengan penokohan ataupun bibit-bibit masalah yang dialaminya.

CONTOH:

Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri.Tikus berpikir secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang mampu membongkar misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat (sepanjang yang kami temukan), namun tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami menduga tikus itu adalah tikus kebun.Tubuhnya cukup besar dan bulunya hitam legam.

Cuplikan tersebut mengenalkan masalah yang dialami tokoh, yakni dengan banyaknya tikus di dalam rumah mereka.

c. Komplikasi atau puncak konflik, yakni bagian cerpen yang menceritakan puncak masalah 

yang dialami tokoh utama. Masalah itu tentu saja tidak dikehendaki oleh sang tokoh. Bagian ini pula yang paling menegangkan dan rasa penasaran pembaca tentang cara sang tokoh di dalam menyelesaikan masalahnya bisa terjawab. Dalam bagian ini, sang tokoh menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yang kemudian timbul konsekuensi atau akibat-akibat tertentu yang meredakan masalah sebelumnya.

CONTOH:

“Mah, cepat ambil pukul besinya.”

Istri saya mengambil pukul besi di dapur dan diberikan kepada saya. Ketika mau saya hantam kepalanya, istri saya melarang sambil berteriak.

“Tunggu dulu! Pukul besinya dibungkus koran dulu. Kepala tikus juga dibungkus koran. Darahnya bisa enggak ke mana-mana!”

Begitu jengkelnya saya kepada istri yang tidak pernah belajar bahwa tikus yang meronta-ronta itu bisa lepas lagi.

“Cepat sana. Cari koran!” bentakku jengkel.

“Kenapa sih marah-marah saja?” sahut istri saya dongkol juga. Saya diam saja, tetapi cukup tegang mengawasi tikus yang meronta-ronta semakin hebat itu. Kalau dulu berpengalaman lepas, tentu dia bisa lepas juga sekarang.

Akhirnya tikus hitam itu saya hantam tiga kali pada kepalanya. Bangkainya dibuang bibi di tempat sampah.

Cuplikan tersebut merupakan komplikasi karena pada bagian itulah sang tokoh utama menyelesaikan permasalahannya, yakni dengan melakukan gerakan tangkap tikus bersama-sama istrinya. Pada bagian itu pula timbul ketegangan puncak antartokoh itu sendiri, termasuk implikasinya pada pembaca yang turut terlibat emosi dan  kepenasaran-kepenasarannya. Kemudian, kepenasaran itu terjawab, yakni dengan terkalahkannya tikus-tikus pembawa masalah mereka itu.

d. Evaluasi, yakni bagian yang menyatakan komentar pengarang atas peristiwa puncak yang telah diceritakannya. Komentar yang dimaksud dapat dinyatakan langsung oleh pengarang atau diwakili oleh tokoh tertentu. Pada bagian ini alur ataupun konflik cerita agak mengendur, tetapi pembaca tetap menunggu implikasi ataupun konflik selanjutnya, sebagai akhir dari ceritanya.

CONTOH:

Beberapa hari setelah itu istri saya mulai kendur ketegangannya. Kalau saya lupa menutup kopi nescafe, biasanya dia marah-marah kalau bekas kopi susu itu dijilati tikus, tetapi sekarang tidak mendengar lagi sewotnya. Begitulah kedamaian rumah kami mulai nampak, sampai pada suatu pagi istri saya mendengar sayup-sayup cicit-cicit bunyi bayi tikus! Inilah gejala perang baratayuda akan dimulai lagi di rumah kami.

Penggalan cerita di atas merupakan akibat atau implikasi dari peristiwa puncak. Sang istri tokoh utama tidak tegang lagi dengan ulah-ulah tikus itu, kedamaian di rumahnya pun mulai mereka rasakan walaupun itu bukan yang terakhir karena masih ada masalah lain yang tersisa, yakni yang disebut dengan perang Baratayuda, pencarian habis-habisan terhadap sisa-sisa dan sarang-sarang tikus.

e. Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian cerita. Bedanya, dengan komplikasi, pada bagian ini ketegangan sudah lebih mereda. Dapat dikatakan pada bagian ini hanya terdapat masalah-masalah kecil yang tersisa yang perlu mendapat penyelesaian, sebagai langkah “beres-beres”.

CONTOH:

Istri saya bergidik menyaksikan bayi-bayi tikus merah itu.

“Bunuh dan buang ke tempat sampah, Mang” kata istri saya.

“Ah, jangan Bu, mau saya bawa pulang.”

“Mau memelihara tikus?” tanya istri saya heran.

“Ah ya tidak Bu. Bayi-bayi tikus ini dapat dijadikan obat kuat,” jawab Mang Maman sambil meringis.

“Obat kuat? Bagaimana memakannya?”

“Ya ditelan begitu saja. Bisa juga dicelupkan ke kecap lebih dulu.”

Setelah memberi upah sepuluh ribu rupiah, istri saya masih terbengong-bengong menyaksikan Mang Maman memasukkan keempat bayi tikus itu ke kedua kantong celananya, sedangkan yang seekor dijinjing dengan jari dan dilemparkan ke gerobak sampahnya.

Cuplikan tersebut menceritakan penyelesaian masalah, sebagai akhir dari konflik utama, tidak lagi ada ketegangan di dalamnya. Semua masalah pun dianggap tuntas dengan dimasukkannya anak-anak tikus ke dalam kantong celana Mang Maman dan sebagiannya lagi dibuang ke gerobak sampah dengan entengnya.

f. Koda merupakan komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita, mungkin juga diisi dengan kesimpulan tentang hal-hal yang dialami tokoh utama kemudian. 

CONTOH:

Tikus-tikus tak terpisahkan dari hidup manusia.Tikus selalu mengikuti manusia dan memakan makanan manusia juga. Meskipun bagi sementara orang, terutama perempuan, tikus-tikus amat menjijikkan, mereka sulit dimusnahkan. Perang melawan tikus ini tidak akan pernah berakhir.

Saya masih menunggu, pada suatu hari istri saya akan terdengar teriakannya lagi oleh penampakan tikus-tikus yang baru.*

Dalam cuplikan tersebut, penulisnya mengomentari bahwa perang manusia melawan tikus tidak akan pernah berakhir. Tikus-tikus tetap akan menguntit manusia selama makanannya itu tetap ada, tidak terkecuali pada istrinya yang pada saat-saat tertentu akan merasa terancam lagi oleh penampakan tikus-tikus baru lainnya.

Bagian-bagian cerita pendek itu merupakan bentuk struktur umum. Artinya sangat mungkin keberadaan cerpen-cerpen lainnya tidak memiliki struktur seperti itu. Hal ini terkait dengan kreativitas dan kebebasan yang dimiliki oleh setiap penulis dalam berkarya. 

Tuesday, November 17, 2020

BAB 4 MENIKMATI NOVEL ( NOVEMBER 2020)

 

MENIKMATI NOVEL

Pengertian

Novel merupakan karya prosa fiksi yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya.

CONTOH

Sinopsis “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” – Tere Liye

Sumber: https://1.bp.blogspot.com/-

Novel ini mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede yang harus putus sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi keluarga sepeninggal ayah mereka. Mereka berdua tinggal di rumah kardus dengan ibu mereka yang sakit-sakitan.

Kehidupan mereka berubah setelah bertemu dengan seorang pria bernama Danar. Danar adalah seorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar begitu baik sehingga keluarga ini menganggapnya seperti malaikat. Tania sangat mengagumi Danar karena selain baik, dia juga punya wajah yang menawan.

Suatu ketika Danar memberikan mereka rumah kontrakan sehingga Tania, Dede dan ibunya tidak perlu lagi tinggal di rumah kardus. Tania dan Dede bisa kembali sekolah dan ibunya berjualan kue. Mereka pun semakin dekat seperti keluarga. Suasana agak berubah ketika Danar membawa teman dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa cemburu, ia tidak suka melihat kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tidak suka itu bukan sekedar perasaan iri seorang adik tapi Tania kecil belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan itu.

Kebahagiaan mereka berkurang saat ibu Tania meninggal. Berat sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada dan sekarang ia yang harus bertanggung jawab menjaga adiknya. Untung saja ada Danar yang selalu berada di samping mereka. Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil mendapatkan beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam studinya. Semua pengalaman hidup yang telah Tania alami menjadikannya lebih dewasa dari gadis-gadis lain seumurannya. Perasaannya terhadap Danar juga semakin jelas. Lambat laun Tania tahu, perasaan itu bernama cinta.

Tapi cinta Tania terhadap danar tidaklah mudah. Bertahun-tahun mereka bersama dalam status kakak adik, terlebih lagi mereka terpaut usia 14 tahun. Bagi ABG seperti Tania, jatuh cinta kepada pria yang jauh lebih tua darinya cukup membuatnya pusing. Sisi remajanya membuatnya ingin mengekspresikan perasaannya meskipun ia tidak tahu apakah Danar memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak. Keadaan semakin sulit saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Tania patah hati. Ia memutuskan untuk tidak hadir dalam pernikahan mereka meskipun Danar dan Ratna telah membujuknya.

Beberapa waktu berselang, Tania tahu bahwa kehidupan rumah tangga Danar dan Ratna tidak bahagia. Ratna bercerita kepada Tania bahwa Danar telah banyak berubah. Danar menjadi pendiam dan seringkali tidak berada di rumah. Ratna tahu ada sesuatu yang menghalangi mereka, ada seseorang di antara ia dan Danar tapi ia tidak pernah tahu siapakah bayangan itu. Dari cerita Dede akhirnya Tania tahu bahwa Danar juga mencintai Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania.

Ketika Tania dan Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua sudah terlambat. Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cintanya.

NILAI-NILAI DALAM KUTIPAN NOVEL

Nilai sosial :

Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania. 

Fungsi moral :

Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.

Berat sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada dan sekarang ia yang harus bertanggung jawab menjaga adiknya. Untung saja ada Danar yang selalu berada di samping mereka. Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil mendapatkan beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam studinya.

Struktur dalam Novel

a.       Abstraksi

      Merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanya bisa ditemukan pada bagian awal cerita                   

Tania dan Dede yang harus putus sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi berubah nasibnya setelah ketemu dengan Danar yang membatunya menggali potensi. Setelah kembali ke sekolah Tania berhasil dan sukses memperoleh beasiswa ke luar negeri. Seiring proses tersebut ternyata tumbuh rasa cinta antara Danar dan Tania.Walaupun karena kesadaran masing-masing akan keberadaan dirinya mereka ikhlas untuk tidak bersatu.    

b.      Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)

     Dalam bagian ini pengarang memperkenalkan para tokoh,,menata adegan, dan hubungan antartokoh.

 Novel ini mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede yang harus putus sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi keluarga sepeninggal ayah mereka. Mereka berdua tinggal di rumah kardus dengan ibu mereka yang sakit-sakitan.

Kehidupan mereka berubah setelah bertemu dengan seorang pria bernama Danar. Danar adalah seorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar begitu baik sehingga keluarga ini menganggapnya seperti malaikat Tania dan Dede adiknya serta ibunya adalah penghuni rumah kardus yang yang  mempertahankan hidupnya dengan mengamen.     

   

c.        Komplikasi, merupakan urutan kejadian yang dihubungkan oleh sebab-akibat,  di mana  setiap peristiwa terjadi karena adanya sebab dan mengakibatkan munculnya peristiwa lain. Suasana agak berubah ketika danar membawa teman dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa cemburu, ia tidak suka melihat kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tidak suka itu bukan sekedar perasaan iri seorang adik tapi Tania kecil belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan itu. Kebahagiaan mereka berkurang saat ibu Tania meninggal. Berat sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada dan sekarang ia yang harus bertanggung jawan menjaga adiknya. Untung saja ada Danar yang selalu berada di samping mereka. Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil mendapatkan beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam studinya. Ketenangan Tania berubah dengan masuknya ratna dalam kehidupan mereka, Apalagi,Ibunya meninggal, beban batin Tania berat karena ia merasa tangungJawab dengan adiknya ditambah rasa cintanya kepada Danar yang harus dia simpan sendiri.


d.       Evaluasi, merupakan bagian di mana konflik yang terjadi pada tahap komplikasi terarah menuju satu titik tertentu.                                                    

 Tapi cinta Tania terhadap danar tidaklah mudah. Bertahun-tahun mereka bersama dalam status kakak adik, terlebih lagi mereka terpaut usia 14 tahun. Bagi ABG seperti Tania, jatuh cinta kepada pria yang jauh lebih tua darinya cukup membuatnya pusing. Sisi remajanya membuatnya ingin mengekspresikan perasaannya meskipun ia tidak tahu apakah Danar memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak. Keadaan semakin sulit saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Tania patah hati. Tania makin tepuruk terjebak dalam perasaannya, sangat berat menanggung beban batin antara cinta ke kakak dan cinta ke lawan jenis. Penderitaan Tania di titik teratas saat mengetahui Danar dan Ratna mau menikah.

e.       Resolusi    

  merupakan bagian yang memunculkan solusi atas konflik yang terjadi

 Dari cerita Dede akhirnya Tania tahu bahwa Danar juga mencintai Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania akhirnya tahu bahwa Danar juga mencintainya, itulah mengapa rumah tanggaDanar tidak bahagia. Namun keduanya sama-sama memendam perasaan tersebut    dengan menjalani kehidupan yang kurang sempurna

f.       Koda

Merupakan bagian akhir atau penutup cerita.

Ketika Tania dan Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua sudah terlambat. Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cinta Tania dan Danar  ikhlas menjalani hidupnya walaupun harus terpisah, ibarat daun jatuh yang tidak pernah menyalahkan angin.


Struktur Novel

 

Sumber: https://www.google.com/search

a.       Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau.

“Hari itu Senin. Seminggu sebelum usiaku tepat tiga belas tahun. Adikku delapan tahun. Dan dia 27. Aku tidak percaya angaka tiga belas membawa sial, takdir, sore itu Ibuku meninggal. Pergi selama-lamanya dari kami” (Hal. 61)

“siang itu dia mengajak teman wanitanya. Namanya Ratna. Aku memanggilnya “Kak Ratna”, karena teman wanitanya tersebut memnintanya demikian, “Panggil saka Kak Ratna ya, Tania!” (Hal. 39)

b.      Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal).Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula‑mula, kemudian.

        “Aku tak tahu apa maksudnya. Karena sekejap kemudian Ibu sudah jatuh tertidur”      (Hal.60-61)

Ibu tekun dalam menjaani kehidupannya, “Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry mahasiswa” (Hal 34-35)

c.       Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan (kata kerja material)

Ibu adalah sosok seorang Ibu yang perhatian kepada anaknya.  Ibu selalu memberikan perhatian dan nasihat kepada Dede dan Tania. “Ibu sibuk mengingatkanku untuk beranjak tidur. Aku menjawabnya singakat belum mengantuk. Setengah jam sekali Ibu menyuruh tidur” (Hal. 34)

Adi adalah sosok seorang pria yang pantang sabar untuk mendekati Tania, meski Tania bersikap dingin terhadapnya. Sabar untuk menunggu Tania bisa membuka hatinya untuk Adi. “Adi juga bersabar untuk tidak terlalu melangkah jauh. Bersabar menunggu. Bersabar dengan semua proses” (Hal. 186)

d.       Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang
.  Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentangmengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan

Ibu mengatakan tentang  beberapa hal  kepada Tania dan  Dede pada waktu pagi selesai subuh,   (Hal. 27)

Tak hanya itu, Ratna perhatian kepada Tania menanyakan bagaimana sekolah Tania, akan diteruskan kemana dan akan siap selalu membantu, mengurus, dan sampai ingin mengantarkan Tania ke sekolah yang dituju. “Kalau begitu, biar besok saja aku yan.g mengantarnya…. Daftar di SMP dekat SD-nya Dede saja, kan?” Kak Ratna menawarkan diri” (Hal. 68)

e.        Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh  (kata kerja mental)  

        Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengatakan,menganggap

 “Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan pandangan itu. Dia tersenyum hangat menenangkan” (Hal. 19)

Danar adalah sosok seorang pria yang sopan, Danar selalu mencium tangan Ibu ketika berpamitan pulang atau pun ketika dia bertemu. Danar sangat menghormati Ibu. “dia selalu mencium tangan Ibu. Amat hormat pada Ibu” (Hal. 36)

f.       Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan

kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.

Dia membawa sekotak donat. Dan Dede lebih banyak berceloteh serta memainkan donat tersebut dibandingkan memakannya. “Oom…. Kenapa donat tengahnya bolong?”(Hal. 36-37)

Dan ketika Danar memberitahu kepada Ibu bahwa Tania bisa sekolah di luar Negeri Ibu amat sangat rendah hati, seperti dalam kutipan berikut ini: “Nak Danar, rasanya Ibu sulit membayangkan Tania bisa bersekolah di sana. Di luar negeri. Bersekolah lagi saja sudah syukur” (Hal. 66)

g.      Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana

Miranti yang dulu membantu Ibu membesarkan usaha kue. Aku tersenyum senang. Ibu juga pasti senang mendengar kabar ini di surge (Hal. 99)

“Buat apa? Sudah jelas kan, dia akan menikah dengan cewek artis itu? Apa lagi yang hendak

kautanyakan ke dia? Perasaannya sudah sejelas bintang di langit, Tania. Clear! Aduh, kamu

kenapa jadi kekanak-kakanakan seperti ini sih?” (Hal. 133)

Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah penggunaan atau pemilihan kata yang digunakan dalam penulisan teks  novel “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” adalah gaya bahasa  : personifikasi, allegori,hiperbola,metafora  

a.       Personifikasi

Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)

Aku berteman dengan lorong-lorong kantor yang kosong di malam hari. (Hal. 203)

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. (Hal. 154)

Dia datang begitu saja. Menelusuk hatiku. Tumbuh pelan-pelan seperti lecambah disiram hujan. (Hal. 154)

Aku akan terbang seperti sehelai daun. (Hal. 157)

Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)

b.      Alegori

Isinya jauh api dari panggang. (Hal. 162)

Seperti bumi yang merekah. (Hal. 190)

c.       Hiperbola

Demi membaca  e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan segera pulang ke Jakarta. (Hal. 230)

d.      Metafora

Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)

Semua perasaan ini kembali bagai seribu anak panah yang menghujam. (Hal. 252)

Menginterprestasi pandangan pengarang terhadap kehidupan dalam novel yang dibaca.

Bacalah kutipan berikut!

Pada saat graduation day hari kelulusan Tania, tiba-tiba Danar datang dan menyaksikan kelulusan Tania yang dicintainya. Namun Danar tidak sendiri, dia datang bersama Ratna, pacarnya. Kemudian Danar dan Ratna memberitahukan kepada Tania bahwa mereka memutuskan untuk menikah tiga bulan lagi.

Setelah mendengar kabar yang sangat menyesakkan itu Tania tidak akan pulang, tidak akan datang ke acara pernikahan Danar dan Ratna. Bagaimana bisa Tania menyaksikan seseorang yang sangat dicintainya mengucapkan ijab qobul untuk wanita lain? Meski Dede, Danar, dan Ratna selalu membujuk Tania untuk pulang meski hanya sehari saja, Tania tetap tidak akan merubah keputusannya. Tania tidk akan pulang, tepatnya Tania tidak mau menghadiri pernikahan itu.

 Danar berusaha keras membujuk Tania untuk pulang sampai terdengar suaranya parau sperti menahan tangis. Sepanjang telpon itu Tania pun sama mendesis menahan tangis, menahan rasa yang tak tertahankan.

Pada hari itu, pernikahan pun berlangsung seperti biasanya penikahan. Meski tanpa kehadiran Tania. Namun ada yang ganjil pada perilaku Danar yang bahkan sangat membuat Dede tak mengerti dengannya.

 Dan beberapa bulan kemudian tiba-tiba Ratna menceritakan kalutnya dalam rumah tangga mereka kepada Tania melalaui e-mail, Tania benar-benar terkejut atas pengakuan Ratna dan Tania pun bingung entah apa yang harus dia lakukan. Tania benar-benar tidak mengerti kenapa pria sebijaksana dan yang mempunyai hati malaikat bisa melakukan seperti itu, membuat istrinya menangis, selalu pulang larut malam, dan berperilaku tidak selayaknya kepada soerang istri, Ratna. Dan Rtana akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya membiarkan Danar sendirian untuk sementara. Semua e-mail yang Ratna kirimkan kepada Tania, semuanya terasa begitu menyesakkan bagi Tania. Timbul beberapa pertanyaan, mengapa, mengapa, dan mengapa? Kemudian Tania memutuskan untuk pulang membantu rumah tangga kakak yang dulu pernah dicintainya, Danar. Setidaknya Tania mengetahui apa yang terjadi pada rumah tangga kakaknya, malaikat yang telah merubah kehidupannya, yang selalu menjanjikan masa depan yang lebih baik.

 Akhirnya Tania pun begegas untuk segera menemui Danar di tempat rumah kardusnya dulu, dan menemukan Danar terpekur di bawah pohon linden. Dan mereka pun saling mengungkapkan perasaannya, namun yang lebih tepat Tanialah yang mengutarakan semua tentang perasaan mereka. Semuanya benar-benar di luar kendali, Tania menangis mendesah tak tertahankan sedangkan Danar hanya diam dan mengelak. Nada bicara Tania pun semakin menjadi, setelah sekian lama ia memendam rasa yang menguap di dasar hati kini Tania mengungkapkannya tepat di depan rumah kardus tempat dulu ia miskin merasakan getirnya kehidupan, di bawah pohon linden saksi atas semua saksi. Bertanya, dan mengungkapkan, dan meminta pertanggung jawaban atas semua hati yang bersemai di dalam hatinya, perasaan yang terpendam tak bisa saling memiliki, perasaan yang membuat kalut semua kehidupan, perasaan yang membutnya seperti sehelai daun yang luruh ke bumi,sehelai daun yang takkan pernah membenci angin meski terenggut dari tangkai pohonnya.                 

Tetapi mengapa kau tak pernah mengakuinya? Mengapa? Saat sweet seventeen, liontin itu mengatakan segalanya. Apakah kau terlanjur mengganggapku seperti adik?  Atau kau membenci dirimu sendiri karena mencintaiku?”

Pada saat itu lah Tania konflik itu meninggi, Tania memaparkan semua tentang perhatian, kasih sayang, hadiah liontin, novel karangan Danar, yang semuanya terlihat bahwa Danar pun mencintai Tania. Lagi, Danar hanya diam. Membuat keadaan semakin keruh.

Ketika Tania tahu bahwa Ratna kini sedang hamil empat bulan, dan memberitahukannya kepada Danar. Dan Tania pun berbesar hati untuk menerima semua itu, Ratna dan bayi yang dikandungnya pasti lebih membutuhkan Danar. Dan Tania pun memutuskan untuk kembali lagi ke Singapura, mencoba menemukan kehidupan yang lebih baik lagi sesuai nasihat sahabat tebaiknya Anne. Meninggalkan Dede sendiri, meninggalkan pusara Ibu, meninggalkan Ratna dan bayinya, juga meninggalkan Danar. Dan Tania tidak akan pernah kembali lagi ke Indonesia.

“esok lusa mungkin aku akan menemukan pilihan rasional seperti yang pernah dikatkan Anne. Yang pasti itu bukan Jhony Chan. Aku tak akan penah kembali lagi. Maafkan aku, Ibu. Aku tak sempat mampir di pusaramu. Ibu memang tahu segalanya”

        Menganalisis isi dan kebahasaan novel

Isi novel “Daun Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”


A.  Tema

Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.Tema suatu cerita menyangkut

segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,

kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu.

Perhatikan kutipan berikut :

            Dia bertanya lemah pada Dede, ‘Perasaan apa?’ Dede menunduk saat mengatakan itu, ‘Taukah Oom bahwa Kak Tania suka Oo Danar?’ Oom Danar diam sekali…. Dede berkata lirih kepadanya, ‘Kak Tania tidak pulang besok karena dia benci pernikahan besok.’. “Dia tetap diam”. “Dede bertanya lagi padanya, ‘Apakah Oom Danar menyukai Kak Tania?’. “Dia tetap diam.” “Dede bertanya untuk terakhir kalinya.’Apakah Oom Danar mencintai Tante Ratna?’ Dia juga diam” (Hal. 249)

Dalam kutipan itu pun terlihat jelas bahwa Danar mencintai Tania, kenapa? Karena jika Danar tidak mencintai Tania, Danar akan menjawab pertanyaan terakhir dari Dede, namun Danar hanya diam. Dan itu bisa berarti bahwa Danar sedang merasakan kekalutan hati, dia mencintai Tania anak kecil yang berkepang dua yang dia tolong dari jalanan.

Namun perasaan keduanya tak pernah terungkapkan, mereka tak bias saling memiliki. Perasaan yang sangat menyakitkan, mampu merubah paradox kehidupan, membuat semuanya menjadi kacau balau. Meski seperti itu, Tania dan Danar tetap menjalankan kehidupan mereka tidak pernah membenci angin, membenci perasaan yang tumbuh pada hati mereka.

B.    Amanat

Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat

dalam novel umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa -peristiwa yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas dari tema cerita. 

Perhatikan kutipan berikut :

Ketika Tania tahu bahwa Ratna kini sedang hamil empat bulan, dan memberitahukannya kepada Danar. Dan Tania pun berbesar hati untuk menerima semua itu, Ratna dan bayi yang dikandungnya pasti lebih membutuhkan Danar. Dan Tania pun memutuskan untuk kembali lagi ke Singapura, mencoba menemukan kehidupan yang lebih baik lagi sesuai nasihat sahabat tebaiknya Anne. Meninggalkan Dede sendiri, meninggalkan pusara Ibu, meninggalkan Ratna dan bayinya, juga meninggalkan Danar. Dan Tania tidak akan pernah kembali lagi ke Indonesia.“esok lusa mungkin aku akan menemukan pilihan rasional seperti yang pernah dikatkan Anne. Yang pasti itubukan Jhony Chan. Aku tak akan penah kembali lagi. Maafkan aku, Ibu. Aku tak sempat mampirdi pusaramu. Ibu memang tahu segalanya” (Hal. 256)

Amanat pada kutipan di atas adalah keikhlasan menerima takdir tanpa menyalahkan keadaan,tetapmenjalani kehidupan walaupun ada sisi yang kurang lengkap karena cinta yang kandas.

C. Penokohan

1) Tania

Tania termasuk ke dalam tokoh bulat, karena Tania mempunyai watak dan tingkah laku yang bermacam-macam dan sulit untuk ditebak juga memberikan perangai yang mengejutkan.

Rajin

Tania mempunyai perilaku yang rajin. Tania selalu rajin membantu ibunya dalam mencari uang, meski lelah juga ngantuk Tania tetap mengamen di bus hanya untuk mendapatkan beberapa recehan.

“Aku dan Dede harus kembali “bekerja”, meskipun dengan kaki pincang” (Hal.24)

“lantas dengan penerangan lampu teplok yang kerlap-kerlip ditiup angin, aku belajar. Belajar hingga larut malam” (Hal. 33)

Pintar

Tania sangat pintar, dia bisa mengejar ketertinggalannya sekolah selama tiga tahun. Karena kepintarannya itulah guru-guru memutuskan Tania untuk menaikkan Tania loncat satu tahun.

“saat kenaikan kelas, guru-guru di sekolah memutuskan untuk langsung menaikkanku ke kelas enam. Loncat setahun.  Kata mereka, aku “terlalu pintar”” (Hal. 43)

“Aku lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah. Nomor satu untuk dua puluh dua penerima ASEAN Scholarship seluruh Negara. Hasil yang hamper sempurna. Janji yang selalu kupegang. Aku akan belajar sebaik mungkin” (Hal. 77)

Tegar 

Tania adalah sosok seseorang yang tegar, ketika Ibu yang sangat berarti baginya, Tania tetap tegar menghadapinya meski hati berat sekali menerima kenyataan. Tania tetp tegar melanjutkan kehidupan tanpa sosok seorang Ibu yang amat dicintainya, Tania tahu bahwa takdir Tuhan pasti lebih indah.

Tania pun tegar dalam memendam semua perasaan yang tak pernah terungkapkan. “bagian inilah yang tak pernah aku diskusikan di internet. Perasaanku. Maka selama tiga thaun itu, aku memendam semuanya dalam-dalam” (Hal.78)

Egois dan keras kepala

Tania pun mempunyai watak yang egois dan keras kepala, dia bersikap keras bahwa dia tidak akan pulang untuk menghadiri acara pernikahan Danar dan Ratna, Tania hanya memikirkan perasaannya sendiri yang tidak mau menerima kenyataan pahit itu tanpa memperdulikan perasaan Danar yang amat dicintainya itu begitu terluka atas ketidakpulangan Tania, dan Tania pun tidak mbagaimana perasaan Ratna yang amat baik terhadapnya yang telah menganggapnya seorang adik, yang pernah membantunya dalam segala hal terutama ketika kepergian ibu Ratna ada untuk membantu dan menemaninya, namun Tania egois hanya memikirkan perasaannya sendiri yang akan membuat dirinya sendiri dihantui rasa bersalah.

Tania memanfaatkan kehadiran Adi tanpa memikirkan perasaannya: “Adi yang tahu aku akan pulang ke Jakarta, memutuskan ikut pulang bersama. Aku happy-happy saja ditemani pulang. Aku bahkan sengaja membawa lebih banyak koper saat tahu Adi akan ikut” Hal. 186)

Konsisten dan mempunyai prinsip

Tania konsisten dan mempunyai prinsip terhadap perasaannya, bahwa Tania hanya akan mencintai Danar meski banyak lelaki yang mencoba untuk mendekatinya.

Ramah                                              

Tania adalah sosok seorang perempuan yang ramah, banyak orang yang menyukainya dan membanggakannya.

Pecemburu

Tania adalah sosok seorang perempuan yang pecemburu, Tania cemburu kepada Ratna yang selalu dekat-dekat dengan Danar dan mengambil alih semua posisi Tania.

2)      Danar (dia/seseorang)

Danar termasuk ke dalam tokoh bulat, karena Danar mempunyai watak dan perilaku yang sulit untuk ditebak. Yang awalnya Danar adalah sosok seorang yang mempunyai prinsip kuat, bijaksana, berwibawa, menyenangkan, dan tidak akan membuat siapa pun menangis, tiba-tiba dikarenakan konflik tentang perasaannnya kepada Tania yang tak pernah diungkapkannya dan terlanjur menikah dengan Ratna wanita yang sama sekali tidak dicintainya itu tiba-tiba Danar menjadi berubah, menjadi bersikap dingin terhadap Ratna, selalu pulang larut malam, wajah yang menyenangkannya pun perlahan memudar.

Baik dan ringan tangan

Danar adalah sosok seorang yang mempunyai hati bagai malaikat, Danar sangat baik. Dia ringan tangan selalu menolong orang lain, contohnya saja dia membantu Tania yang tertusuk paku, membantu mengobatinya, memberikan uang, meski Danar tidak mengenalinya.

 “Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan” (Hal. 24)

 Keesokan harinya Danar memberi sepasang sepatu untuk Dede dan Tania, sungguh Danar sangat baik dan ringan tangan. “Dia mengeluarkan dua kotak. Melambaikan tangan meminta kami mendekat. Aku dan Dede melangkah ke arahnya, berdiri di depan kursinya, urung memulai pertunjukan kencerengan tutup botol. Dede malah memasukan “alat music” ke saku celana. Lagi-lagi menguap. Kotak itu ternyata berisi dua pasang sepatu baru. “Pakailah!” (Hal. 25)

Tegar

Danar adalah sosok seorang pria yang tegar, dia mampu tegar menghadapi perihnya kehidupan dalam kesendirian. Sejak dari bayi Danar yatim-piatu, Danar tak mengetahui siapa kedua orangtuanya, namun Danar tetap tegar menjalani kehidupannya yang amat menyesakkan itu. Danar berjuang sendiri untuk bertahan hidup tanpa bantuan orang lain, merasakan perihnya sekolah sambil bekerja. Merasakan kehidupan yang buruk sama seperti yang dialami Tania selama tiga tahun itu, Danar tetap tegar menghadapinya. Karena hidup harus tetap berjalan meski sendiri.

Bertanggung jawab

Danar seorang pria yang betanggung jawab, ketika Ibu meninggal dunia Danar pun bertanggung jawab mengurusi Tania dan Dede, menyekolahkan Tania dan Dede, mengajarkan Tania dan Dede tentang segala hal, menjanjikan masa depan yang lebih baik.

Ramah

Danar adalah sosok seoang pria yang teramat ramah, dia selalu menyapa dan bersikap ramah terhadap siapa pun, sehingga banyak orang yang menyukainya dan membanggakannya.

Sopan

Danar adalah sosok seorang pria yang sopan, Danar selalu mencium tangan Ibu ketika berpamitan pulang atau pun ketika dia bertemu. Danar sangat menghormati Ibu. “dia selalu mencium tangan Ibu. Amat hormat pada Ibu” (Hal. 36)

D.  Latar 

      Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula imajiner. Latarberfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannyasuatu cerita. Dengan demikian apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatuyang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam latar itu

             a.       Tempat

-          Toko buku dilantai dua

Latar tempat yang berada dalam novel ini tempatnya di Toko buku dilantai dua, tempat yang paling Tania sukai, tempat yang Tania ketahui dari malaikatnya Danar, tempat yang menjadi saksi atas semua ceritanya.

“Dua minggu kemudian, kami pergi ke toko buku ini. Toko buku terbesar di kota kami” (Hal. 29)

“Aku menghela napas panjang. Lima menit hanya berdiri terdiam di sini. Di lantai dua toko buku terbesar di kota kami” (Hal. 65)

-          Rumah kardus

Latar tempat yang berada dalam novel ini tempatnya di Rumah kardus, tempat yang di mana selama tiga tahun menjadi saksi bisu atas kepiluan Tania, Dede, dan Ibu, seperti dalam kutipan-kutipan berikut ini:

“Dia tertawa kecil saat melihatku dan Dede sudah berdiri rapi menunggu di depan rumah kardus kami” (Hal. 18)

“Dede masih sibuk mematut sepatunya di depan kami. Berlari ke sana kemari. Ibu sibuk meneriakinya kalau tidak, rumah kardus kami bisa roboh” (Hal. 26-27)

-          Kontrakkan

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat rumah kontrakkan, rumah kontrakan Tania, Ibu, dan Dede.

“Karena itu, sebulan kemudian Ibu memutuskan pindah mengontrak di sebuah kamar sederhana” (Hal. 35)

Latar tempat yang ada dalam novel ini ada latar tempat di sebuah pusara/pekuburan, yakni ketika Ibu meninggal semuanya berada di sana.

“Hening di pekuburan” (Hal. 64)

-          Singapura

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Singapura, yaitu ketika Tania meneruskan sekolahnya.

“Ribuan larik cahaya kota Singapura cantik menimpa jalanan” (Hal. 203)

 “Hari-hariku penuh dengan hal-hal baru di Singapura” (Hal. 72)

-          Dufan

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Dufan, ketika Tania, Danar, Dede, Ibu, dan juga Ratna berlibur ke Dufan.

“Kak Ratna bertanya sambil tersenyum, waktu kami makan malam bersama di salah satu kedai makanan yang banyak tersedia di Dufan” (Hal. 42)

“Minggu depan, selepas kelas mendongeng yang selelsai lebih cepat daripada biasanya, aku, Ibu, dan adikku pergi ke Dunia Fantasi” (Hal. 39)

-          China Town

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di China Town, yaitu ketika Tania, Danar, dan Ratna makan malam di tempat itu.

“Saat makan malam di China Town…” (Hal. 130)

-          Bandara Changi

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Bandara Changi, yaitu ketika Tania mengantar Danar dan Dede pulang ke Jakarta, dan ketika Danar dan Dede menjemput Tania ketika liburan.

b.      Waktu

-          Pagi hari

Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu pagi. Pada waktu pagi ketika Ibu mengganti perban kaki Tania yang tertusuk paku, “Besok pagi-pagi Ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci” (Hal. 24)

Ibu mengatakan sesuatu hal kepada Tania dan Dede pada waktu pagi, “Esok pagi selesai subuh, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede” (Hal. 27)

Ibu tak sadarkan diri pada waktu pagi hari, “Pagi itu Ibu tiba-tiba tak asadarkan diri” (Hal. 54)

c.       Suasana

-          Sedih

Suasana dalam novel ini menyedihkan, Tania dan Dede terpaksa putus sekolah karena tidak ada biaya, dan mereka pun terpaksa harus mengamen mencari uang recehan setidaknya mengurangi beban Ibu meski hanya sedikit. Suasana menyedihkan itu begitu terasa sekali, Tania, Dede, dan Ibu mengalami kemiskinan selama tiga tahun itu, semuanya terasa menyesakkan.

“Dulu aku hanya berjalan di sepanjang jalan menatap iri anak-anak yang ada di restoran tersebut…” (Hal. 29)

            Dan suasana sedih itu muncul ketika Tania dan Danar tak mampu mengungkapkan perasaannya masing-masing, hanya memendamnya. Bagai duri yang menelusuk hati.

“Dede menatapku semakin sedih. Aku bingung dengan semua ini. Tadi aku memang memaksanya untuk menceritakan semua hal…” (Hal. 240)

-          Senang

Suasana dalam novel ini ada yang menyenangkan, yaitu ketika Tania, Dede, dan Ibu diberi bantuan oleh Danar. Danar menyekolahkan Tania dan Dede, memberikan uang kepada Ibu untuk biaya hidup mereka dan modal untuk usaha kue Ibu. “Esok pagi selepas subu, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede.

“Usaha kue itu maju sekali. Beberapa bulan kemudian Ibu harus mengajak dua anak teteangga untuk membantu di hari-hari tertentu. Pokoknya aku belum pernah melihat Ibu sesibuk ini. Tentu saja semua modal usaha kue itu dari dia…” (Hal. 46) 

-          Mengharukan

Suasana dalam novel ini ada yang mengahrukan, yaitu suasana mengharuskan itu muncul ketika Ibu mengetahui bahwa Danar akan menyekolahkan Tania dan Dede dan Danar yang akan membiayainya, Ibu sungguh terharu. Tidak menyangka.

“Ibu tersenggal haru saat mengatakan itu. Bahkan menangis. Mendekap kami erat” (Hal. 27)

“Oom Danar…,” Ibu berkata pelan sambil menyeka sudut matanya. Tersenyum” (Hal. 27)

STRUKTUR DAN ANALISIS CERPEN

STRUKTUR CERPEN Struktur cerita pendek secara umum dibentuk oleh (1) bagian pengenalan cerita, (2) penanjakan menuju konflik, (3) puncak ko...